Sesi Parenting pada Event Menggambar dan Mewarnai Piring Gerabah
Minggu 18 November 2012
Terima kasih atas pertanyaan dari Ibu Nanik, ibu Hesty, ibu Amelia, ibu Dwi, ibu Sri Nuryatmi, ibu Tutik Anang, bapak Fadhil, ibu
Devi, ibu Anggraini
Pertanyaan
saya adalah, apakah bapak ibu termasuk tipikal orang tua yang mudah memarahi anak, mengatur dengan galak, tidak
peduli pendapat anak, dan tidak konsisten terhadap aturan yang dibuat..? Kalo jawaban iya berarti
masalahnya sudah ketemu. Karena lingkungan keluarga seperti itu akan
menumbuhkan dengan subur sifat – sifat anak yang dipermasalahkan di atas.
Dalam buku
‘Alhamdulillah Anakku Nakal’ yang ditulis Fauzil Adhim dijelaskan bahwa, anak
nakal itu dibentuk oleh lingkungan. Anak terlahir dengan baik, tapi kondisi
dimana anak tumbuhlah yang menjadikannya lain.
Kalo
bertengkar dengan saudara bagaimana, padahal udah dikasih adil..?
Sebelum
dilanjutkan perlu diperjelas konsep adil. Bahwa keadilan belum tentu
sama, bisa jadi uang saku antara anak TK dan SD berbeda, namun justru itu letak
keadilannya. Cuman memang beberapa
ada yang bisa disamakan, seperti warna kaos, jenis lauk, dan hal lain yang
tidak terpengaruh kebutuhan karena faktor usia.
Kakak dan adik gemar bertengkar, bisa jadi
sudah umum. Bahkan untuk hal – hal yang sangat sepele. Karena masing – masing memiliki sudut pandang
yang belum sama. Lalu apa yang harus dilakukan oleh orang tua ? jadilah wasit. Yap wasit yang adil. Bukan menyuruh
mereka berantem tapi mengajari mereka sportif dan memahami aturan bersaudara.
Sedangkan
untuk anak yang merengek, marah tidak terkendali, dan tidak disiplin pemahaman tentang aturan
dan ketegasan orang tua menjadi modal utamanya.
Beberapa perilaku yang bisa dilakukan untuk
permasalahan tersebut, antara lain :
Sampaikan aturan main dengan jelas dan spesifik
Sering saya
sampaikan dalam berbagai forum, ajari anak berdialog sejak dini. Jadilah sahabatnya, caranya dengan ajak ngobrol, dengarkan ceritanya, pahami
kemarahannya, dan jangan buru buru dinasehati, tapi galilah penyelesaian dari
sudut pandangnya. Kalo belum pas, bimbinglah, pancing dengan contoh atau
dongeng.
Pada kasus pertengkaran adik-kakak, kedua anak bisa
diajak ngobrol berdua atau sendirian. Sesuaikan waktu dan emosi terbaik.
Termasuk tentang anak yang suka merengek dan ngambeg.
Aturan main
tentang apapun, mulai aturan makan, norma sosial, kejujuran dan banyak lagi
bisa disampaikan dengan cara ini. Ingat daya tampung mereka terbatas, jangan
langsung banyak.
Berikan aturan dengan spesifik perilaku yang harul
dilakukan atau diubah, misal, ‘setelah
pinjam mainan, ucapkan terima kasih dan letakkan mainan pada tempatnya’. Bandingkan dengan, ‘jangan nakal!’.
Berberapa hal bisa dibahas sekaligus tentang konsekuensi atas pelanggaran
aturan. Misal kalau tidak mengerjakan PR akibatnya dimarahi guru. Atau juga bahas kesepakatan hukuman antara orang tua
dan anak, namun saya sarankan
gunakan ini alternatif paling akhir. Lebih baik berikan hadiah ciuman
jika anak berperilaku lebih baik.
Tegas terhadap aturan
Tegas berbeda
dengan marah, tegas bisa dilakukan dengan pelukan dan senyuman. Dalam
sebuah aturan yang telah diberikan, kadang anak usia dini melanggarnya (sangat wajar), karena anak belum memahami manfaat
dari aturan, bukan karena niat buruk.
Yang perlu kita lakukan adalah mengulang dialog tentang aturan dalam kondisi
yang nyaman.
Ketegasan
memerlukan kesamaan dan konsistensi
dari kedua orangtua. Ketegasan tidak boleh mengurangi perhatian dan kasih saying terhadap anak.
Pada kasus anak merengek, ketegasan harus tetap
dilakukan. Memeluk anak ketika anak mulai mengamuk bisa dilakukan, namun jangan
sampai anak tersakiti. Tunggu sampai mulai reda dengan tetap menunjukkan rasa
kasih saying. Jangan mudah kasihan, karena akan membuat anak belajar bagaimana
mengendalikan orang tua untuk menuruti keinginannya. Tetap lah tegas, senyum
dan bersikap menerima pada anak.
Hargai proses
perubahan anak
Seringkali orang tua buru – buru ingin memperoleh
perubahan perilaku dari anak. Sikap tidak sabar ini sering menjadi bumerang
atas perkembangan anak itu sendiri.
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, anak
memiliki dunia pikiran dan persepsi yang sedang tumbuh dan berkembang. Kemajuan apapun meskipun sedikit,
hargailah, bahaslah kemajuannya, pujilah perilaku baiknya dan jangan bandingkan
dengan anak lain. Jangan ungkit keburukan yang telah lalu kecuali untuk
membandingkan dengan kemajuan yang didapat sekarang.
Pujian tidak selalu dalam bentuk kata – kata yang
panjang. Senyuman, tanda jempol, anggukan yang tulus seringkali lebih mujarab
dari kata pujian yang selalu sama. Hadiah kecil bagus juga sebagai bentuk
penghargaan, namun jangan sampai anak tergantung
dengan hal itu.
Ingat anak itu berkembang, artinya mereka BELAJAR untuk
lebih baik dan hebat. Menjadi tugas kita untuk membimbing dan mengajarinya.
Keteladanan
Semua yang kita ajarkan akan menjadi omong kosong jika
kita tidak memberi contoh kepada anak. Berperilaku hebatlah, karena kita memang
lebih dari anak, karena kita adalah guru dari anak, dank arena kita yang
bertanggungjawab atas anak kita.3
Semoga bermanfaat
Artikel terkait :
No comments:
Post a Comment