mencari topik lain

Monday, November 14, 2011

Secuil dari Seminar Kesehatan Mental Anak (bag. 1)


Secara umum seminar ini memunculkan kekhawatiran tentang kesehatan mental generasi muda Indonesia. Kenakalan remaja sudah menjadi berita sehari hari, kenakalan anak juga sangat mencemaskan. Sedangkan pendidikan yang ‘sepertinya’ semakin maju namun tidak berdampak positif terhadap perkembangan mental anak. Pendidikan memang membuat anak cerdas namun tidak sepenuhnya sehat secara mental.
Seminar yang diadakan di Pendopo Ageng Balaikota Solo ini dihadiri lebih dari 200 peserta (menurut pengamatan saya) yang sebagian besar dari kalangan yang berbasic pendidikan Psikologi. Dalam setiap sesi pertanyaan, hampir semua peserta tunjuk jari… luar biasa minat para pesertanya.

Karena bahasan lumayan panjang, maka tulisan ini akan saya bagi dalam dua bagain. Bagian pertama akan saya tulis tentang apa yang saya tangkap dari penjelasan Prof. Sarlito Wirawan Sartono dan bagian kedua akan saya tulis tentang penjelasan dari Tika Bisono.
Oke, selanjutnya akan kita bahas dimulai dari pembicara pertama….

Prof. Sarlito Wirawan Sarwono
Sang Profesor Psikologi Sosial ini menyampaikan materi ‘Dari Variabel Kepribadian ke Variabel Lingkungan Sosial ; Perubahan Trend Penyebab Kenakalan Remaja’

Friday, November 4, 2011

PENDIDIKAN FINLANDIA

smbr; guardian doc
Jika ditanyakan tentang negara dengan kualitas pendidikan terbaik, maka orang akan banyak menjawab adalah Finlandia. Menurut data yang ada dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Negara tempat perundingan Indonesia - GAM ini memang menempati rangking teratas bersama Korea Selatan dan Jepang. Penggukurannya menggunakan tes yang disebut PISA (Programme for International Student Assesment). Sebuah tes standar global yang berasal dari Perancis maka namanya PISA (kalo yang ini kira kira aja).


Pengukuran tes ada tiga bidang utama  yakni Reading, Mathematic, dan Science, namun untuk menentukan urutan masih dikaitkan dengan aspek lain diluar ketiga bidang  tersebut. Nilai rata - rata negara (kalau kita mengenal dengan nilai rata rata kelas) untuk tiap bidang yaitu reading (493), math (496), dan science (501). Untuk hasil bisa dilihat pada gambar.


Lha kok Indonesia nggak keliatan.. Nah Indonesia menduduki peringkat 60 dengan angka reading (402), math (371), dan  science (383).. waahh ternyata kita berada di bawah nilai rata rata kelas eh dunia… jauh lagi. Kalau ada rapot pasti nilai kita merah semua.

Wednesday, November 2, 2011

Jadikan Kelemahan sebagai Kekuatan


ilustrasi - smbr : judo ind
Coba renungkan sejenak, terkadang kelemahan kita bisa menjadi kekuatan terbesar kita. Seperti contoh cerita seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang memutuskan untuk mempelajari Judo, meskipun ia telah kehilangan lengan kirinya dalam sebuah kecelakaan mobil.

Sang Bocah belajar dari seorang guru Judo Jepang. Bocah ini benar-benar belajar dengan baik, sehingga ia sendiri tidak paham, kenapa setelah tigabulan latihan, sang guru hanya mengajarkannya satu gerakan. "Sensei," akhirnya sang bocah bertanya, "Bukankah saya seharusnya sudah belajar gerakan lainnya?"

"Ini adalah satu-satunya gerakan yang kamu tahu, tapi ini juga satu-satunya gerakan yang perlu kamu ketahui" jawab sang Sensei.

Walau tidak begitu memahami, tapi tetap percaya pada gurunya, bocah ini tetap berlatih dan berlatih.

Tuesday, November 1, 2011

NILAI BAGUS (BELUM TENTU) BERARTI PINTAR


Schools never teach us how to think
They only teach us what to think

- Bill Gould

Kemarin saya bertemu dengan orangtua yang mengeluh bahwa anak mereka, yang menurut mereka sebenarnya sangat pintar, pencapaian prestasi akademiknya (baca: nilai ujian) tidak seperti yang mereka harapkan. Anak ini, sebut saja Aji, duduk di kelas 2 SD.

Mendengar keluhan ini saya langsung memikirkan beberapa kemungkinan, berdasarkan pengetahuan dan pengalaman saya selama ini, yang mengakibatkan nilai anak tidak maksimal. Kemungkinan-kemungkinan itu adalah:

  1. Anak memang kurang cerdas karena ada masalah mental.
  2. Anak malas atau tidak suka belajar atau suasana di rumah tidak kondusif.
  3. Pengharapan orangtua, terhadap anak mereka, terlalu tinggi.
  4. Guru tidak bisa mengajar dengan baik karena tidak menguasai teknik mengajar yang efektif dan efisien.
  5. Anak unggul di aspek kecerdasan lain, selain linguistik dan logika matematika (teori Multiple Intelligence).
  6. Anak punya trauma dalam proses pembelajaran sebelumnya sehingga menghambat proses belajarnya saat ini.
  7. Cara pengujian/tes yang kurang tepat sehingga tidak berpihak pada anak.
Saya lalu menggali lebih lanjut mengenai Aji. Kebetulan saat itu Aji ikut bersama orangtuanya sehingga saya bisa melakukan pengamatan langsung. Dari hasil pengamatan saya dapat menyimpulkan bahwa Aji adalah anak yang sangat cerdas. Mengapa? Karena Aji, meskipun baru kelas 2 SD, telah mengetahui sangat banyak hal. Misalnya, Aji tahu tentang molekul, susunan tata surya, jarak antar planet, milimeter dan nano meter, dan masih banyak lagi.