Pelajaran pertama matematika. Mudah sekali. Nilaiku selalu
diatas sembilan. Pelajaran kedua Bahasa Indonesia. Ada peribahasa dan latihan
membuat paragraf. Sesekali menjadi karangan. Karanganku tidak selalu baik.
Setidaknya mendapat nilai tujuh. Pelajaran ketiga IPA. Aku suka melihat
pelangi, dan aku mengerti bagaimana proses terjadinya. Dan nilaiku tak pernah kurang dari sembilan.
Bu Guru, Sekolah Itu Apa?
Kemaren aku dimarahi ayah karena tidak bisa
menjaga adikku sehingga jatuh. Kata ayah “Percuma saja kamu juara kelas kalau
mengurusi adik saja tidak bisa”. Ah aku kan anak pintar. Tapi tidak ada
pelajaran yang mengajari bagaimana caranya bertanggung jawab menjaga adik kecil
yang berusia satu tahun dan baru pandai berjalan.
Minggu lalu aku dibilang ibu
cengeng. Ayah dan ibu keluar kota bersama adik. Aku tinggal berdua dengan mbak
Siti. Sore itu hujan lebat. Mbak Siti ke warung membeli lilin karena lampu
mati. Tetapi mbak Siti pergi terlalu lama. Senja semakin gelap. Langit kelam,
petir menyambar dan menggelegar. Aku ketakutan dan menangis sendirian. Kata
guru anak lelaki harus berani. Berani itu apa? Siapa yang berani dalam situasi
gelap senyap begini sendiri. Untung ayah dan ibu segera pulang. Aku menghambur
ke pelukan ibu, terisak. Ibu memeluk dan berkata “Duh kenapa anak ibu jadi
cengeng begini?”. Sekolah itu apa sebenarnya Bu Guru? Mengapa aku sudah lima
tahun sekolah belum juga berani dalam gelap?
Sebentar lagi liburan kenaikan kelas. Bulan Juli mendatang aku sudah menjadi murid kelas enam. Dapatkah aku kembali meraih juara satu seperti biasanya penerimaan rapor? Lalu bisakah aku lulus SD dengan nilai terbaik tanpa ada huru hara?
Sebentar lagi liburan kenaikan kelas. Bulan Juli mendatang aku sudah menjadi murid kelas enam. Dapatkah aku kembali meraih juara satu seperti biasanya penerimaan rapor? Lalu bisakah aku lulus SD dengan nilai terbaik tanpa ada huru hara?
Tadi malam kulihat di TV kejadian yang sangat
mengerikan. Di Surabaya, seorang anak kelas enam SD bernama Alif di demo oleh
teman-teman sekolah dan orang-orang sekampung. Gara-garanya Alif tidak mau
mengikuti perintah Guru yang menyuruhnya berbuat curang dengan memberikan
contekan pada teman-teman pada saat Ujian Akhir Nasional. Alif dan Ibunya serta
keluarganya harus mengungsi menghindari amukan masa. Aku sedih. Sekolah itu apa
sebenarnya Bu Guru? Mengapa Alif harus dihukum karena ingin jujur dan tidak mau
berbuat curang?
Mengapa Alif harus dihukum karena ingin jujur dan tidak mau berbuat curang?
Bu Guru, sekolah itu apa sebenarnya? Kakak kelasku tahun ini di sekolah juga disuruh seperti Alif. Katanya, kalau mau masuk SMP favorit harus punya nilai kelulusan SD yang tinggi. Supaya nilai tinggi harus kerjasama dan perlu bantuan kunci jawaban.
Kata Pak Guru Agama,
Nabi Muhammad SAW diutus kedunia ini pertama kali adalah untuk memperbaiki
akhlak manusia. Akhlak utama beliau contohkan adalah kejujuran. Sehingga Nabi
SAW digelari Al-Amin. Yang artinya orang yang dapat dipercaya. Tidak suka
bohong, tidak licik dan tidak suka curang. Berbohong serta berlaku curang
termasuk dosa besar.
Tetapi mengapa di sekolah semuanya serba membingungkan? Di
SMP dekat rumahku ada kantin kejujuran. Siswa membeli mengambil barang dan
membayar tanpa diawasi. Lalu kenapa saat Ujian Nasional juga diberi kunci
jawaban oleh gurunya sendiri? Apakah jujur itu? Aku semakin tidak mengerti.
Bu Guru, apakah sekolah itu? Mengapa semakin tinggi sekolah murid-muridnya semakin jahat? Buktinya siswa SMA di dekat komplek rumahku. Kalau malam minggu suka kebut-kebutan dan berisik. Tidak ada polisi yang menangkap. Waktu mereka ngobrol di warung, aku mendengar bahwa mereka sukses Ujian Nasional karena mendapat bocoran soal dari kepala sekolah. Sambil menghirup rokok dan kaki diangkat ke meja mereka tertawa terbahak-bahak mengingat saat kucing-kucingan mengelabui tim pengawas independent.
Bu Guru, apakah sekolah itu? Mengapa semakin tinggi sekolah murid-muridnya semakin jahat? Buktinya siswa SMA di dekat komplek rumahku. Kalau malam minggu suka kebut-kebutan dan berisik. Tidak ada polisi yang menangkap. Waktu mereka ngobrol di warung, aku mendengar bahwa mereka sukses Ujian Nasional karena mendapat bocoran soal dari kepala sekolah. Sambil menghirup rokok dan kaki diangkat ke meja mereka tertawa terbahak-bahak mengingat saat kucing-kucingan mengelabui tim pengawas independent.
Bu Guru, apakah sekolah itu? Mengapa semakin tinggi sekolah murid-muridnya semakin jahat?
Bu Guru, sekolah itu apa sebenarnya. Setiap upacara bendera aku mendengar bahwa sekolah-sekolah Indonesia sedang menggalakkan pendidikan karakter. Karakter itu apa? Aku semakin tidak mengerti.
Aku hanya ingin jadi Ahli Pesawat terbang seperti Pak Habibie. Sekolah ke luar
negeri untuk pulang membangun bumi pertiwi. Sekarang aku baru akan naik kelas
enam. Aku harus masuk SMP dan SMA atau sederajat sebelum bisa sekolah ke Jerman
untuk menjadi ahli Pesawat terbang.
Tapi aku harus sekolah kemana Bu Guru? Aku
ingin menjadi Ahli Pesawat terbang sekaligus menjadi umat kesayangan Nabi.
Menjadi anak baik, jujur dan cinta pada kebenaran. Aku ingin kalau nanti aku
besar, koruptor sudah tidak ada lagi di muka bumi. Aku ingin negeriku sejahtera
dan makmur. Tapi aku harus sekolah kemana Bu Guru?
Katanya sekolah itu tempat
membuat orang bodoh menjadi pintar. Merubah orang menjadi baik. Mengajari
menyelesaikan masalah. Dan membimbing seseorang dapat menyiapkan diri meraih
cita-cita. Bu Guru, dimanakah sekolah itu? Masih adakah sekolah itu? Apakah
sekolah itu?
Fauziah Fauzan EL Muhammady
Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang
Fauziah Fauzan EL Muhammady
Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang
No comments:
Post a Comment