mencari topik lain

Monday, April 2, 2012

Mendidik Anak Menjadi Koruptor Sejak Dini

Mau mendidik anak menjadi koruptor sukses ? enggaklah meski bisa kaya tujuh turunan.
Tapi, apakah menyadari bahwa banyak ortu (termasuk lingkungan) tanpa sadar sering mendidik anak untuk mempunyai mental koruptor?


Jangan biarkan mereka jadi generasi gayus
pic : vivanews
Masak sih... ?!!
baiklah kita buktikan..!
Namun sebelumnya kita sedikit uraikan beberapa kemampuan mental yang dibutuhkan untuk menjadi seorang koruptor handal.. jiaah!

Tentu kita masih ingat dengan  nama – nama seperti Edy tansil dan banyak nama beken tahanan KPK.. ? pasti ingat..

Ya iyalah mereka kan tokoh terkenal di negeri ini. Mereka adalah 'sosok inspirasi sukses' yang luar biasa.. bukan hanya kaya, namun bisa mempengaruhi banyak hal termasuk mungkin kekuasaan.

Mempunyai 'profesi sukses' sekaliber mereka membutuhkan beberapa kompetensi (kemampuan) yang bersifat positif dan negatif.

Kemampuan bersifat positif  seperti, interpersonal yang bagus, artinya bisa menjalin hubungan baik dengan siapa saja, lalu kemampuan lobi - lobi dan ‘mengelola’ orang lain (biasanya hal ini selalu berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi persuasif yang hebat).
Kemampuan ini tidak harus semuanya dalam level hebat. Artinya bisa jadi memiliki level kemampuan yang standar saja, tapi yang jelas harus ada.
Satu kemampuan yang bersifat positif lainnya adalah keberanian ambil resiko.

Di sisi lain seorang koruptor juga memerlukan kemampuan yang bersifat negatif. Kemampuan ini justru menjadi kunci untuk menjalani profesi koruptor tersebut.
Tanpa kemampuan kunci ini mereka hanyalah orang hebat yang baik.


Menurut Psikologi Koruptor (Psikologi Koruptor di sini), dapat dipahami bahwa para koruptor melakukan hal ‘menjijikkan’ itu karena beberapa hal  namun ada satu faktor sebagai penentunya. Yaitu mental mencari keuntungan pribadi dengan singkat (dalam kesempitan) tanpa mempedulikan aturan, norma, agama dan orang lain.
Inilah ‘Key Sucses factor’ untuk menjadi koruptor. 

Jadi meskipun seorang itu ahli mengelola orang, juara lobi tapi kalau memahami dan taat aturan serta ada kesungguhan menjaga norma dan agama tidak akan sukses jadi koruptor.

Nah tanpa disadari kadang kita atau lingkungan melakukan hal hal yang menumbuhkan key success factor tersebut dengan suasana yang sepele dan biasa sekali..

Contoh kasus seperti ini,
pernah melihat bapak – bapak yang mengantar anak sekolah dan melanggar lampu merah ? atau marka jalan ? atau melanggar selap selip tanpa mempedulikan keselamatan..?

Atau kasus lain seperti,
orang tua yang melarang anaknya merokok lengkap dengan cerita bahaya merokok tapi dirinya merokok dengan alasan sudah terlanjur dan jangan ditiru ?

Atau,
perilaku tidak peduli orang tua terhadap orang lain yang membutuhkan pertolongan, misal pada saat melihat kecelakaan, orang sakit butuh pinjam mobil dan lainnya

Atau,
perilaku yang menekan anak untuk mempunyai nilai terbaik meski dengan mencontek. Pernah dengar cerita contek masal kan..? Banyak orang tua yang tidak menghargai proses, tapi hasil.

Atau,
seorang anak yang mengetahui orang tuanya berbohong, dan kadang menyuruh anaknya untuk berbohong..

Atau,
orang tua yang mudah marah tetapi tidak bisa berperilaku tegas. Ingat tegas dan marah itu tidak berhubungan. Tegas bisa dilakukan dengan senyuman bahkan pelukan.

Dan masih banyak lagi..

Berikan keteladanan moral, bukan hanya nasehat
pic : infokorupsi
Perilaku orang tua yang saya ilustrasikan di terkesan ‘cuma’ sepele dan remeh namun apabila kita perhatikan hal tersebut bisa mengkondisikan anak dalam mental tertentu. Anak tanpa disadari dilatih untuk untuk (1) melanggar aturan demi keuntungan pribadi, (2) tidak peduli sesama, (3) mengutamakan materi dan simbol gengsi, (4) pandai berbohong, dan (5) lebih menggunakan kemarahan daripada ketegasan.
Jadi ingat 'key succes factor' koruptor kan.


Pendidikan terbaik itu dengan keteladanan. Nasehat hanya membuat anak lebih tahu, tapi keteladanan membuat anak melakukan. Nasehat hanya membuat anak melakukan ketika ada pengawasan, namun keteladanan membuat anak melakukan tanpa pengawasan.



"Pendidikan terbaik itu dengan keteladanan. Nasehat hanya membuat anak lebih tahu, tapi keteladanan membuat anak melakukan"


Disadari atau tidak pendidikan anak yang utama adalah keluarga. Karena anak mengenal lingkungan pertama adalah keluarga dan anak juga memiliki waktu yang lebih lama bersama keluarga. Secara psikologis anak akan menganggap keluarga adalah ‘rumah’ yang nyaman sebagai tempat untuk mempersiapkan aktivitas aktivitasnya.

Pendidikan dan pola asuh keluarga yang tepat sangat dibutuhkan disini. Sekali lagi sangat dibutuhkan. Karena pendidikan keluarga menjadi dasar mental bagi perkembangan dan masa depan anak.

Namun ternyata tidak sedikit pendidikan dan pola asuh di rumah yang malah dapat membuat suram masa depan anak. Perilaku orang tua dan lingkungan sosial terdekat tidak jarang malah dapat ‘mendidik’ anak menjadi pribadi - pribadi yang menyimpang di masa depan.

Nah pertanyaannya apakah kita sudah mendidik anak menjadi koruptor sejak dini ?

No comments:

Post a Comment