sumber - Internet |
Kasus I
Ibu A : ‘hasil psikotes anakku IQnya 125..!’
Ibu B : ‘oh ya..
hebat dong! Kalo begitu besok si
Bimo aku bawa ke tempat psikotes ah.. jadi penasaran.
Ibu A : ‘ iya, cuman kok nilai matematikanya masih 6 ya..
padahal sudah les matematika di dua tempat lo..
Kasus II
Ibu Guru : ‘Ibu,
ini hasil tes psikologi si Aryo.’
Ibu Aryo : ’97..? maksud angka ini apa bu ?
Ibu Guru : ‘maksudnya kecerdasan anak ibu sedikit dibawah
rata – rata, kata psikolognya ibu perlu untuk meningkatkan kesadaran Aryo untuk
belajar lebih tekun.
Ibu Aryo : ‘maap bu, saya sudah capek, tiap hari sudah
saya marahi, bapaknya juga, tapi tetep aja bandel.
Kasus III
(diambil dari
komentar di blog tingkahanak.com)
June 17, 2011 at 09:03
Anak sy jg ditest dan disimpulkan mempunyai kecenderungan
berlebihan untuk menutup diri, menguasai dan depresi alias mempunyai sifat
dominative, padahal sehari harinya anaknya sangat perhatian sama saudaranya,
mau mengalah dan ceria sperti biasa, ketika diprotes bahwa kesimpulan berbeda
dengan apa yang diamati oleh kami orang tuanya, si psikolog ini bilang bahwa
sifat ini nanti kalo dewasa baru meledak seperti pelaku mutilasi(……?????)
wow….psikolog atau apa ini
Kasus kasus di atas sering terdengar di sekitar kita.
Sebuah dampak dari psikotes yang dirasakan orang tua dan (tentu saja, sang ‘terdakwa’)
anak. Biasanya tidak sedikit yang kebingungan setelah menerima hasil tes
psikologi anaknya. Bisa disebabkan karena penjelasan hasil psikotes diberikan
dengan dengan bahasa dewa (susah
dimengerti) atau penjelasan yang kelewat minim (tanpa banyak kata) atau hasil tes
yang sama sekali berbeda dengan kenyataan.
Alhasil psikotes yang awalnya bertujuan membantu
mengetahui profil anak bisa jadi berubah menjadi alat membuat kekacauan di
keluarga. Lantas kenapa bisa begini dan kenapa bisa begitu..?
Begini…
Psikotes untuk anak adalah sebuah perjalanan panjang
proses penggalian data diri anak yang bersifat potensi. Dimulai dari (1)
memastikan tujuan tes, (2) pemilihan alat, (3) penyiapan tempat, (4) menjalin
rapport terhadap anak, (5) pelaksanaan tes,(6) koreksi atau scoring sampai (7)
interpretasi. Dan yang tak kalah penting bagaimana (8) menjelaskan hasil
tersebut kepada klien/orang tua.
Sebuah tes psikologi akan dinyatakan baik apabila proses berjalan
sesuai prosedur baku dan diikuti dengan penjelasan hasil tes yang mampu
menjawab tujuan diadakannya sebuah psikotes. Kesalahan pada salah satu tahap
bisa berdampak tidak validnya hasil tes tersebut.
Hmm.. Bisa dibayangkan jika hasil profil intelligensi
anak kita yang kita banggakan ternyata salah..?!!
Bahaya dan solusinya
Ada beberapa faktor krusial yang menyebabkan sebuah tes
psikologi itu 'berbahaya'.
1.
Faktor Tujuan
BERBAHAYA :
-
Melakukan tes psikologi pada anak dengan tujuan
yang hanya ikut ikutan atau sekedar ingin tahu. Karena biasanya kita akan
terpengaruh hasil yang ada. Kasihan kan sang anak jika kehidupannya terganggu
oleh egoisme semata.
SEBAIKNYA :
-
Lakukan
psikotes pada anak dengan tujuan yang pasti. Apakah untuk membantu proses
terapi, mengetahui kematangan atau yang
lain. Biasanya ini akan direkomendasikan oleh psikolog atau dokter setelah
dilakukan konsultasi atau pemeriksaan.
-
Jika orang tua yang menginginkan secara pribadi,
sampaikan tujuan atau permasalahan dengan detail kepada psikolog yang
menangani. Dengan tujuan yang jelas maka psikolog yang melakukan akan dapat
menentukan ‘tools’ yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan.
2.
Faktor Penyelenggaraan
sumber - internet |
BERBAHAYA
-
Diselenggarakan oleh psikolog yang belum
berpengalaman dalam alat tes dan anak. Interpretasi hasil tes memerlukan
pengalaman yang cukup. Terutama yang
menyangkut tes pada anak anak yang bermasalah.
-
Diselenggarakan secara masal. Untuk melakukan
psikotes pada anak butuh menjalin raport, kesan baik, bersahabat dan diterima
oleh anak. Selain itu daya pemahaman anak seringkali terbatas jika dilakukan
secara kelompok/jumlah besar. Hampir semua alat tes psikologi anak juga bersifat individual, artinya dilakukan secara individu. Kenapa individu, karena selain
mengerjakan tugas yang diberikan, psikolog akan melakukan observasi selama
proses psikotes berlangsung.
SEBAIKNYA
-
Pastikan penyelenggara psikotes adalah lembaga
yang terpercaya
-
Pastikan psikolog yang menangani sudah memahami
dunia anak dan berpengalaman dalam alat tes.
-
Jika perlu mintalah secara khusus kepada
psikolog yang anda percaya.
-
Mintalah Tes secara individu dengan tempat yang
nyaman. Boleh di rumah anda.
3.
Faktor Hasil Tes dan
Penjelasannya
BERBAHAYA
-
Hasil yang cuman sebatas angka dan beberapa
penjelasan yang membingungkan.
-
Penjelasan dari psikolog (atau malah kadang
guru) yang menggunakan bahasa yang tidak dimengerti. Kesalahpahaman disini sangat berbahaya.
-
Penjelasan yang panjang lebar dengan hasil yang
sedikit. Hasil cuman angka namun bisa menjelaskan tentang nasib anak.
SEBAIKNYA
-
Meminta penjelasan adalah wajib. Bila perlu
sanggahlah dengan keadaan sang anak. Pastikan anda mendapat jawaban yang memuaskan. Karena ini HAK anda.
4.
Faktor Sikap Orang Tua
BERBAHAYA
-
Menganggap bahwa hasil tes adalah harga mati.
-
Mensikapi dengan frontal (muncul stres, marah
kepada anak, aturan yang kaku, les yang
berlebihan, memanjakan yang berlebihan dan sebagainya)
SEBAIKNYA
-
Hasil tes adalah ‘capture’ anak anda pada saat psikotes. Ambillah sikap bijaksana, karena sikap anda ini berpengaruh terhadap masa depannya.. Bila perlu berkonsultasilah tentang apa yang harus dilakukan pada anak pada konsultan penyelenggara.
sumber - internet |
Saat ini kemajuan pendidikan luar biasa pesatnya.
Perubahan kurikulum dan percepatan materi pelajaran sekolah juga luar biasa hebatnya
(baca:ekstrim). Orang tua selaku orang
yang paling bertanggungjawab atas sang anak akan berusaha untuk mendidik anak
menjadi yang terbaik.
Namun apapun usaha itu pastikan anak menjalaninya dengan
baik dan sesuai kemampuannya. Karena anak bukanlah alat pemuas ego orang tua.
Anak memiliki hak akan pendidikan yang layak, yang menyenangkan, dan berguna
bagi bekal kehidupan di masa depan.
Psikotes hanyalah sekedar sarana untuk memahami profil
anak dengan lebih mendalam. Lakukan dengan bijak dan sesuai keperluan. Sehingga
apapun hasilnya dapat membantu kita untuk menjadikan anak berkembang dengan
hebat.
Semoga bermanfaat.
Luar biasa kang Har....terima kasih atas sharing yang luar biasa ini, memang kita harus mulai membenahi psikotes di sekolahan...saya juga khawatir terhadap pelaksanaan yang tidak profesional dan mungkin saja menyalahi prosedural, karena dengan harga jasa psikotes yang minim seperti 40 rb rupiah perlaporan membuat tanda tanya besar terhadap kualitasnya...dan banyak hal-hal lainnya yang tidak pernah diaudit dengan baik oleh lembaga profesi psikologi itu sendiri....membuat ilustrasi di atas sering terjadi...terima kasih Kang Har atas pencerahannya ini, sukses dan salam SOBAT!
ReplyDeletesemoga semakin banyak masyarakat yang paham tentang bagaimana melakukan psikotes yang aman.. khususnya kalangan psikologi semoga semakin menyadari betapa besar dampak bagi user.. nuwun
DeleteTerima kasih sharingnya kang har.. Sekalian mau curhat saya bingung,anak saya usia 6 tahun belum bisa menggambar dan mewarnai. Ktika pelajaran menggambar dia malah membuat benang kusut, mewarnai pun sama, kadang dia seolah tidak mau menggambar. Seirang teman saya menyarankan agar anak saya dibawa ke psikolog untuk di tes. Peryanyaanya, apakah itu perlu?
ReplyDeleteTes Stifin aja bun
ReplyDelete