mencari topik lain

Thursday, February 16, 2012

BAHAYA PSIKOTES BAGI ANAK

sumber - Internet
Kasus I
Ibu A : ‘hasil psikotes anakku IQnya 125..!’
Ibu B : ‘oh ya..  hebat dong! Kalo begitu besok si  Bimo aku bawa ke tempat psikotes ah.. jadi penasaran.
Ibu A : ‘ iya, cuman kok nilai matematikanya masih 6 ya.. padahal sudah les matematika di dua tempat lo..

Kasus II
Ibu Guru : ‘Ibu,  ini hasil tes psikologi si Aryo.’
Ibu Aryo : ’97..? maksud angka ini apa bu ?
Ibu Guru : ‘maksudnya kecerdasan anak ibu sedikit dibawah rata – rata, kata psikolognya ibu perlu untuk meningkatkan kesadaran Aryo untuk belajar lebih tekun.
Ibu Aryo : ‘maap bu, saya sudah capek, tiap hari sudah saya marahi, bapaknya juga, tapi tetep aja bandel.

Kasus III
(diambil dari komentar di blog tingkahanak.com)
June 17, 2011 at 09:03
Anak sy jg ditest dan disimpulkan mempunyai kecenderungan berlebihan untuk menutup diri, menguasai dan depresi alias mempunyai sifat dominative, padahal sehari harinya anaknya sangat perhatian sama saudaranya, mau mengalah dan ceria sperti biasa, ketika diprotes bahwa kesimpulan berbeda dengan apa yang diamati oleh kami orang tuanya, si psikolog ini bilang bahwa sifat ini nanti kalo dewasa baru meledak seperti pelaku mutilasi(……?????) wow….psikolog atau apa ini

Kasus kasus di atas sering terdengar di sekitar kita. Sebuah dampak dari psikotes yang dirasakan orang tua dan (tentu saja, sang ‘terdakwa’) anak. Biasanya tidak sedikit yang kebingungan setelah menerima hasil tes psikologi anaknya. Bisa disebabkan karena penjelasan hasil psikotes diberikan dengan dengan bahasa dewa (susah dimengerti) atau penjelasan yang kelewat minim (tanpa banyak kata) atau hasil tes yang sama sekali berbeda dengan kenyataan.

Alhasil psikotes yang awalnya bertujuan membantu mengetahui profil anak bisa jadi berubah menjadi alat membuat kekacauan di keluarga. Lantas kenapa bisa begini dan kenapa bisa begitu..?


Begini…
Psikotes untuk anak adalah sebuah perjalanan panjang proses penggalian data diri anak yang bersifat potensi. Dimulai dari (1) memastikan tujuan tes, (2) pemilihan alat, (3) penyiapan tempat, (4) menjalin rapport terhadap anak, (5) pelaksanaan tes,(6) koreksi atau scoring sampai (7) interpretasi. Dan yang tak kalah penting bagaimana (8) menjelaskan hasil tersebut kepada klien/orang tua.

Sebuah tes psikologi akan dinyatakan baik apabila proses berjalan sesuai prosedur baku dan diikuti dengan penjelasan hasil tes yang mampu menjawab tujuan diadakannya sebuah psikotes. Kesalahan pada salah satu tahap bisa berdampak tidak validnya hasil tes tersebut.
Hmm.. Bisa dibayangkan jika hasil profil intelligensi anak kita yang kita banggakan ternyata salah..?!!

Bahaya dan solusinya
Ada beberapa faktor krusial yang menyebabkan sebuah tes psikologi itu 'berbahaya'.

1.      Faktor Tujuan
BERBAHAYA :
-          Melakukan tes psikologi pada anak dengan tujuan yang hanya ikut ikutan atau sekedar ingin tahu. Karena biasanya kita akan terpengaruh hasil yang ada. Kasihan kan sang anak jika kehidupannya terganggu oleh egoisme semata.
SEBAIKNYA :
-           Lakukan psikotes pada anak dengan tujuan yang pasti. Apakah untuk membantu proses terapi, mengetahui kematangan  atau yang lain. Biasanya ini akan direkomendasikan oleh psikolog atau dokter setelah dilakukan konsultasi atau pemeriksaan.
-          Jika orang tua yang menginginkan secara pribadi, sampaikan tujuan atau permasalahan dengan detail kepada psikolog yang menangani. Dengan tujuan yang jelas maka psikolog yang melakukan akan dapat menentukan ‘tools’ yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan.

2.      Faktor Penyelenggaraan
sumber - internet
BERBAHAYA
-          Diselenggarakan oleh psikolog yang belum berpengalaman dalam alat tes dan anak. Interpretasi hasil tes memerlukan pengalaman yang cukup.  Terutama yang menyangkut tes pada anak anak yang bermasalah.
-          Diselenggarakan secara masal. Untuk melakukan psikotes pada anak butuh menjalin raport, kesan baik, bersahabat dan diterima oleh anak. Selain itu daya pemahaman anak seringkali terbatas jika dilakukan secara kelompok/jumlah besar. Hampir semua alat tes psikologi anak juga bersifat individual, artinya dilakukan secara individu. Kenapa individu, karena selain mengerjakan tugas yang diberikan, psikolog akan melakukan observasi selama proses psikotes berlangsung.
SEBAIKNYA
-          Pastikan penyelenggara psikotes adalah lembaga yang terpercaya
-          Pastikan psikolog yang menangani sudah memahami dunia anak dan berpengalaman dalam alat tes.
-          Jika perlu mintalah secara khusus kepada psikolog yang anda percaya.
-          Mintalah Tes secara individu dengan tempat yang nyaman. Boleh di rumah anda.

3.      Faktor Hasil Tes dan Penjelasannya
BERBAHAYA
-          Hasil yang cuman sebatas angka dan beberapa penjelasan yang membingungkan.
-          Penjelasan dari psikolog (atau malah kadang guru) yang menggunakan bahasa yang tidak dimengerti. Kesalahpahaman disini sangat berbahaya.
-          Penjelasan yang panjang lebar dengan hasil yang sedikit. Hasil cuman angka namun bisa menjelaskan tentang nasib anak.
SEBAIKNYA
-          Meminta penjelasan adalah wajib. Bila perlu sanggahlah dengan keadaan sang anak. Pastikan anda mendapat jawaban yang memuaskan. Karena ini HAK anda.

4.      Faktor Sikap Orang Tua
BERBAHAYA
-          Menganggap bahwa hasil tes adalah harga mati.
-          Mensikapi dengan frontal (muncul stres, marah kepada anak, aturan yang kaku,  les yang berlebihan, memanjakan yang berlebihan dan sebagainya)
SEBAIKNYA
-          Hasil tes adalah ‘capture’ anak anda pada saat psikotes. Ambillah sikap bijaksana, karena sikap anda ini berpengaruh terhadap masa depannya.. Bila perlu berkonsultasilah tentang apa yang harus dilakukan pada anak pada konsultan penyelenggara.



sumber - internet
Saat ini kemajuan pendidikan luar biasa pesatnya. Perubahan kurikulum dan percepatan materi pelajaran sekolah juga luar biasa hebatnya (baca:ekstrim).  Orang tua selaku orang yang paling bertanggungjawab atas sang anak akan berusaha untuk mendidik anak menjadi yang terbaik.

Namun apapun usaha itu pastikan anak menjalaninya dengan baik dan sesuai kemampuannya. Karena anak bukanlah alat pemuas ego orang tua. Anak memiliki hak akan pendidikan yang layak, yang menyenangkan, dan berguna bagi bekal kehidupan di masa depan.

Psikotes hanyalah sekedar sarana untuk memahami profil anak dengan lebih mendalam. Lakukan dengan bijak dan sesuai keperluan. Sehingga apapun hasilnya dapat membantu kita untuk menjadikan anak berkembang dengan hebat.



Semoga bermanfaat.

4 comments:

  1. Luar biasa kang Har....terima kasih atas sharing yang luar biasa ini, memang kita harus mulai membenahi psikotes di sekolahan...saya juga khawatir terhadap pelaksanaan yang tidak profesional dan mungkin saja menyalahi prosedural, karena dengan harga jasa psikotes yang minim seperti 40 rb rupiah perlaporan membuat tanda tanya besar terhadap kualitasnya...dan banyak hal-hal lainnya yang tidak pernah diaudit dengan baik oleh lembaga profesi psikologi itu sendiri....membuat ilustrasi di atas sering terjadi...terima kasih Kang Har atas pencerahannya ini, sukses dan salam SOBAT!

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga semakin banyak masyarakat yang paham tentang bagaimana melakukan psikotes yang aman.. khususnya kalangan psikologi semoga semakin menyadari betapa besar dampak bagi user.. nuwun

      Delete
  2. Terima kasih sharingnya kang har.. Sekalian mau curhat saya bingung,anak saya usia 6 tahun belum bisa menggambar dan mewarnai. Ktika pelajaran menggambar dia malah membuat benang kusut, mewarnai pun sama, kadang dia seolah tidak mau menggambar. Seirang teman saya menyarankan agar anak saya dibawa ke psikolog untuk di tes. Peryanyaanya, apakah itu perlu?

    ReplyDelete