Aku ingin menjadi orang yang bertepuk tangan
di tepi jalan
Di kelasnya ada
50 orang murid, setiap kali ujian, anak perempuanku tetap mendapat ranking
ke-23. Lambat laun membuat dia mendapatkan nama panggilan dengan
nomor ini, dia juga menjadi murid kualitas menengah yang sesungguhnya.
Sebagai orangtua,
kami merasa nama panggilan ini kurang enak didengar,namun anak kami
ternyata menerimanya dengan senang hati.
Suamiku
mengeluhkan ke padaku, setiap kali ada kegiatan di perusahaannya atau pertemuan alumni sekolahnya, setiap
orang selalu memuji-muji "Superman cilik" di rumah masing-masing, sedangkan dia hanya bisa menjadi pendengar saja.
Anak orang lain,
bukan saja memiliki nilai sekolah yang menonjol,
juga memiliki
banyak keahlian khusus. Sedangkan anak nomor 23 di keluarga kami tidak memiliki
sesuatu pun untuk ditonjolkan. Setiap kali suamiku menonton penampilan anak-anak
berbakat luar biasa dalam acara televisi, timbul keirian dalam hatinya sampai
matanya bersinar-sinar.