mencari topik lain

Wednesday, February 5, 2014

Sibling Rivalry

sumber - net
‘Ayaaaahhh…!!! ini kakak jelek ambil mainanku..!’
‘Pinjam masak ngk boleh, kamu kan sering dibeliin mainan… dasar cengeng!


Pertengkaran antara saudara seperti dialog di atas bisa saja sering terjadi. Namun jika dilihat dari kata kata yang muncul, ini bukan perebutan permainan biasa. Ada perkataan yang menunjukkan perasaan tidak terima dari sang kakak karena adiknya lebih sering diberikan mainan.
Perbedaan jumlah mainan bisa menjadi masalah besar jika anak belum memahami tentang konsep berbagi. Bagi anak adil adalah sama. Tidak peduli perbedaaan kebutuhan antara diri sang anak dengan saudaranya.

Dalam psikologi sebuah kondisi dimana terjadi persaiangan antar saudara untuk mendapatkan perhatian dari orang tua sering disebut sibling rivalry.
Bentuknya bisa dalam berbagai perilaku, mulai dari saling mengejek, bertengkar, memukul tanpa sebab yang jelas atau bahkan bisa juga dalam perilaku regresi (kemunduran dalam tahap perkembangan sebelumnya), misalnya kakak yang tiba tiba mengompol setelah kelahiran adiknya.


Kecemburuan antar saudara ini bahkan bisa terjadi ketika sang ibu mulai hamil, yaitu ketika ibu tidak lagi bisa menemani anak dengan penuh. Sang ibu tidak lagi bisa berlari atau mengambilkan bola dengan alasan karena ada calon adik dalam kandungan. Namun bisa juga terjadi ketika sang adik mulai bisa diajak bermain. Ketika masih kecil tidak terjadi kecemburuan karena sang adik belum bisa merebut mainan yang dimiliki sang kakak.
Yang pelu diingat, kecemburuan tak hanya dirasakan oleh sang kakak, namun juga oleh sang adik.

Sibling rivalry itu penyebabnya apa sih ?
Egosentris anak. Setiap anak mengembangkan konsep ke-aku-an, yakni semua akan dilihat dari sudut pandang dirinya, semua adalah miliknya. Dalam perkembangannya, konsep ini penting karena egosentris akan membentuk sikap dan cara pandang seseorang terhadap dirinya yang memang berbeda dengan yang lain. Dengan pola didik yang tepat konsep egosentris ini bisa diarahkan untuk sikap toleransi dan menghargai perbedaan.

Sibling rivalry bisa semakin terasa jika orang tua mempunya stereotipe bahwa kakak atau anak cowok harus mengalah dibanding sang adik atau anak cewek. Kecenderungan pembelaan karena gender dan mana yang lebih tua sebaiknya disikapi dengan lebih hati – hati.
Intinya kita harus menanamkan bahwa adil, berbagi dan sama rata itu bisa jadi tidak harus sama. Tentu saja dengan tahapan dan level bahasa anak.

Bisakah sibling rivalry hilang dengan sendirinya ?
Jika yang dimaksud adalah tidak lagi terjadi pertengkaran, tentu saja bisa. Namun ‘selesai’ dengan sendirinya dapat memunculkan beberapa sikap tidak matang yang melekat pada usia dewasa. Misalnya ketidakmampuan dalam konsep berbagi, mengalah, adil, dan harga diri.

Bagaimana mencegah dan menanganinya ?
Pertama, antisipasi.
Ketika masa kehamilan ajaklah kakak ngobrol sesuai level bahasa anak tentang banyak hal yang berkaitan dengan calon adik dan libatkan untuk menyambut kehadirannya. Misalnya (1) sampaikan bahwa perhatian yang nanti akan terbagi, (2) kondisi fisik ibu ketika hamil yang berbeda dg sebelumnya, (3) ceritakan apa yang terjadi pada anak tentang bagaimana dirinya ketika masih dalam kandungan dan ketika balita, (4) ajak anak ketika periksa kehamilan, menyentuh perut ibu, berinteraksi dengan adik yang dalam kandungan, (5) ceritakan bagaimana kondisi dan kelucuan sang adik ketika lahir nanti sekaligus apa yang bisa dibantu kakak untuk adiknya, (6) ajak kakak untuk membantu mempersiapkan persalinan, misal menata baju sampai desain kamar.
Ini semua tidak berarti sibling rivalry hilang. Bisa jadi tetap muncul, tapi paling tidak bisa mengurngi kecemburuan sang kakak karena sudah diantisipasi sebelumnya.

Kedua, keterlibatan orang tua dan anak.
Libatkan kakak dalam perawatan keseharian sang adik yang masih bayi. Berikan tugas2 yang hanya bisa dilakukan sang kakak dan berikan pujian agar dia bangga dengan tugasnya.
Ajak kakak untuk menceritakan tentang sang adik kepada tamu yang datang, pastikan itu hal yang lucu dan menyenangkan. Libatkan juga kakak untuk ngobrol dengan adik, dan sampaikan bahwa adik suka dengan suara sang kakak. Luangkan juga waktu sendiri bersama kakak ketika sang adik sudah tertidur
Sekali waktu biarkan kakak mendengar tidak sengaja ketika kita bicara pada orang lain bahwa sang kakak hebat bisa membantu adik, juga saat kita ‘ngobrol’ sendirian dengan sang adik.
Disisi lain jangan lupa libatkan adik untuk membantu kakak ketika adik sudah mulai besar, misal mengambilkan sepatu atau yang lain.
Selanjutnya seiring pertumbuhan anak, bermainlah bersama.. bermainlah bersama...

Ketiga, orang tua sebagai perantara
Kita berperan sebagai penterjemah dan menjelaskan kondisi masing masing antar anak. Sosok orang tua harus netral dan tidak menghakimi, namun harus lebih membuat nyaman pada masing - masing anak.Kita juga harus bisa mencari waktu atau menciptakan suasana tenang dan nyaman dimana anak bisa diajak komunikasi agar bisa belajar dari kondisi yang ada.
Sebagai sosok pendamai, kita harus pandai bersikap dan bertutur kata yang bisa dengan mudah diterima anak. Dalam peran ini, adalah kesempatan kita untuk bisa menjadikan kondisi konflik sebagai sarana belajar anak dalam mengembangkan sikap yang positif.

Keempat, mengalihkan fokus dan pembatasan interaksi.
Lakukan kegiatan atau hal lain agar konflik tidak terjadi atau teralihkan. Kenali hobi dan minat masing masing anak dan jadikan itu sebagai solusi.

Kelima, memakai kekuasaan orang tua
Dalam kondisi tertentu ini perlu dilakukan. Karena kemampuan berpikir anak yang masih lemah, maka keputusan orang tua perlu dibuat. Namun sebaiknya ini menjadi opsi terakhir agar anak juga belajar tentang sesuatu yang positif dari kondisi yang ada. Dan jika harus terjadi luangkan waktu dalam suasana yang nyaman untuk menjelaskan apa yang terjadi (sekali lagi) dalam bahasa anak.


Setiap pertumbuhan dan perkembangan anak akan menimbulkan permasalahan baru, namun tampaknya itu sengaja diciptakan oleh sang maha kuasa, agar anak belajar dan orang tua semakin bijaksana.


Semoga

No comments:

Post a Comment